SISTEM ENDOKRIN PADA HEWAN
5. 7. Jaringan Pulau Pankreas
Pankreas merupakan organ berfungsi ganda pada hewan. Sebagian besar porsi organ
menghasilkan eksokrin yang berkaitan dengan pencernaan, sedangkan grup-grup sel yang
letaknya menyebar (pulau pankreas Langerhans) menghasilkan endokrin berupa insulin dan
glokagon.
Secara embriologi, jaringan pulau berawal dari pucuk sistem duktus yang berkembang pada
pankreas. Pulau pertama kali muncul dari duktus pankreas sebagai pucuk tunggal. Belakangan
dalam perkembangan, pulau-pulau tumbuh menjadi massa kompleks berbentuk speris, ovoid,
atau tidak teratur dengan diameter sekitar 40-200 mikron. Jumlah pulau yang lebih banyak
ditemukan pada ekor pankreas daripada yang ditemukan pada kepalanya. Pulau umumnya
ditemukan dalam lobulus pankreas, beberapa dalam jaringan ikat interlobularis, dan beberapa
melekat pada tubulus eksokrin pankreas.
Secara mikroskopik, pankreas dibungkus oleh kapsul tipis yang mengandung jaringan ikat
areolaris dan retikularis. Kelompok serabut retikularis membnetuk septa/pemisah tipis dan tidak komplit (trabekula) dengan asinus. Serabut reticularis halus membentuk jaringan interstitiel yang memisahkan sel atau grup sel.
Parenkim pulau pankreas tersusun atas beberapa jenis sel. Sel alpha ( “A” ) menyusun sekitar
20% dan menyebar di seluruh pulau. Sel ini menghasilkan hormon hiperglikemik glikogenolitik (glukagon) dengan fungsi berlawanan dengan insulin. Sel beta (“B”) menyusun sekitar 75% dari
total sel pulau. Sel B menghasilkan hormon insulin. Sel delta (“D”) ditemukan pada primata dan
anjing. Pada anjing, sel D menyusun sekitar 5%. Sitoplasma sel D mengandung granul halus. Sel
“F” ditemukan pada anjing. Sel F mempunyai inti berlubus dan granul sekresi yang anguler.
Darah yang menyuplai jaringa pulau berlimpah. Kapiler membentuk sebuah jaringan di
permukaan masing-masing pulau dan megalir ke arah pusatnya.
5.8. Testes
Testes bertanggung jawab atas fungsi reproduksi pada jantan dewasa. Tugas ini dilakukan
oleh dua meknisme berbeda tetapi saling berkaitan. Pertama, sekresi internal testes bertanggung jawab untuk perkembangan ciri-ciri seksual sekunder (pembeda jantan dewasa kelamin), menyiapkan dan mempertahankan fisiologi organ genital accessorius (glandula vesicula seminalis, prostat, dan bulbourethralis). Kedua, tubuli seminiferi bertanggung jawab untuk
aktivitas morfologi dan genetik yang menghasilkan spermatozoa. Fungsi endokrin testes di bawah pengaruh hormon gonadotrofin yang diproduksi oleh pituitari.
Gonad berkembang dalam hubungan yang sangat dekat dengan sistem urinasi. Gonad muncul sebagai penebalan seperti rigi (rigi gonad) pada pemukaan ventral bagian tengah mesonefros.
Rigi ini mengandung mesoderm yang dilapisi oleh lapisan tunggal sel mesotelium (peritoneum).
Lapisan mesotelium melapisi mesonefros dan organ lain termasuk cavum abdomen.
Perkembangan selanjutnya, mesotelium yang membungkus gonad mengalami modifikasi yakni
menebal dan beberapa selnya berdiferensiasi menjadi sel germinal primordial.
Jika gonad berkembang menjadi testes, sel-sel epithel germinal migrasi ke bawah mesenkim dan
membentuk massa sel yang selanjutnya berdiferensiasi menjadi tubuli seminiferi. Jaringan
mesenkim interstitial antara tubuli berdiferensiasi menjadi sel khusus yang mampu menghasilkan
hormon seks jantan (androgen/testosteron).
Jika gonad berkembang menjadi ovarium, sel germinal primordial yang berasal dari lapisan
epithel germinal yang membungkus ovari, migrasi ke bawah mesenkim dan disana, melalui
proses pertumbuhan dan maturasi, berkembang menjadi folikel primer, sekunder, dan terakhir
folikel vesikularis yang mengandung ova.
5. 9. OVARIUM
Ovarium yang berada di bawah kontrol hormon gonadotrofin dari hipofise bertanggung jawab
terhadap siklus birahi pada hewan betina. Pertama, ovarium betanggung jawab terhadap
pertumbuhan dan maturasi ovum. Kedua, ovarium juga berfungsi sebagai glandula endokrin
yang menghasilkan hormon seks betina (estrogen). Ketiga, estrogen merangsang dan
mempertahankan sifat seksual sekunder. Keempat, ovarium mampu mengembangkan korpus
luteum yang menghasilkan progesteron. Selanjutnya, korpus luteum menghasilkan hormon lain yaitu relaksin yang berperan dalam proses partus. Perkembangan secara embriologi telah
diterangkan bersama testes. Ovarium merupakan organ reproduksi wanita. Selain menghasilkan
sel telur, ovarium juga menghasilkan hormon.
Ada dua macam hormon yang dihasilkan ovarium yaitu sebagai berikut.
1. Estrogen
Pembentukan estrogen dirangsang oleh FSH. Fungsi estrogen ialah menimbulkan dan
mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita. Tanda-tanda kelamin sekunder
adalah ciri-ciri yang dapat membedakan wanita dengan pria tanpa melihat kelaminnya.
Contohnya, perkembangan pinggul dan payudara pada wanita dan kulit menjadi bertambah
halus.
2. Progesteron
Pembentukannya dirangsang oleh LH dan berfungsi menyiapkan dinding uterus agar dapat
menerima telur yang sudah dibuahi. Plasenta membentuk estrogen dan progesteron selama
kehamilan guna mencegah pembentukan FSH dan LH. Dengan demikian, kedua hormon ini
dapat mempertahankan kehamilan.
5. 10. MUKOSA INTESTINUM
Antrum mukosa lambung menghasilkan hormon gastrin ke dalam sirkulasi darah.
Gastrin merangsang fundus labung untuk menghasilkan lebih banyak getah lambung (gastric
joice). Asam lemak yang masuk ke duodenum merangsang sel mukosa untuk menyekresi
hormon enterogastron. Hormon ini berfungsi menurunkan motilitas lambung dan memberi
kesempatan untuk pencernaan lemak dalam usus.
Bolus makanan masuk ke duodenum, merangsang pelepasan hormon polipeptida
(sekretin) oleh mukosa doudenum. Sekretin merangsang pankreas untuk memproduksi getah
(cairan) yang kaya bikarbonat untuk menetralisir asam dari lambung. Hormon lain yaitu pankreozimin juga dihasilkan oleh mukosa usus halus yang berfungsi merangsang pelepasan
sekretin.
Hormon pankreozimin juga merangsang pankreas untuk melepaskan enzim-enzimnya ke asinus.
Hormon kolesistokinin dihasilkan saat lemak atau asam masuk usus halus. Kolesistokinin
meningkatkan toksisitas lapisan otot kantung empedu sehingga menimbulkan otot spinter duktus
koledokus terbuka. Peristaltik duodenum merangsang pengosongan kantung empedu karena setiap gelombang peristaltik akan menghambat spinter Oddi, yang membiarkan tekanan dalam kantong empedu untuk mendorong empedu ke duodenum.
6. SISTEM HORMON PADA HEWAN
a. Sistem Endokrin pada Amphibia
Katak memiliki beberapa kelenjar endokrin yang menghasilkan sekresi intern disebut hormon.
Fungsinya mengatur atau mengontrol tugas-tugas tubuh, merangsang, baik yang bersifat
mengaktifkan atau mengerem pertubuhan, mengaktifkan bermacam-macam jaringan dan
berpengaruh terhadap tingkah laku makhluk hidup.
• Pada dasar otak terdapat glandulae pituitaria atau glandula hypophysa. Bagian anterior
kelenjar ini menghasilkan hormon pertumbuhan. Hormon ini mengontrol pertumbuhan tubuh
terutama pada panjang tulang. Juga merangsang gonad untuk menghasilkan sel kelamin.
• Bagian tengah glandula .pituitaria menghasilkan hormon intermidine yang mempunyai
peranan dalam pengaturan cromatophora dalam kulit.
• Bagian posterior glandula Pituitaria menghasilkan hormon yang mengatur pengambilan
air.
• Hormon tyroid yang mengatur metabolisme. Kelenjar ini menjadi besar pada berudu
sebelum metamorphose menjadi katak.
• Kelenjar pankreas menghasilkan enzim dan hormon insulin yang mengatur meteabolisme
zat gula.
b. Sistem Endokrin pada Aves
• Kelenjar endokrin terdiri atas glandulae pituitaria atau hypophysa terletak didasar otak
pada ujung infundibulum, glandulae thyroidea yang terletak di bawah pena jugularis dekat
cabang arteri subclavia dan arteri carotis.
• Glandulae pancreaticus menghasilkan hormon insulin. Glandulae sub renalis atau
glandula andrenalis terletak pada permukaan ventral dan Ren, Glandulae sexualis menghasilkan
hormon yang mempengaruhi tanda kelamin sekunder terutama terletak pada warna bulu.
c. Sel-sel neurosekresi terdapat pada terutama hewan rendah kecuali hewan bersel satu.
Pada Coelenterata dan annelida tidak terdaopat kelenjar endokrin tapi mekanisme neurosekresi
mengatur pertumbuhan dan reproduksi. Demikian juga pada cacing pipih dan nematoda hanya
mempunyai mekanisme neurosekresi. Hewan rendah yang mempunyai kelenjar endokrin ialah
Cephalopoda, Arthropoda dan hewan yang lebih kompleks lainya.
1. Crustacea
Terdapat kelenjar sinus pada insekta ada korpus kardiakum.kedua kelenjar tersebut sama dengan
neurohipofisis (hipofisis bagaian belakang) pada vertebrata. Jadi pada dasarnya hewan rendah
maupun vertebrata terdapat suatu hubungan antara sistem syaraf dengan kelenjar endokrin.
Hipotisis pada vertebrata disebut kelenjar neuroendokrin
2. Coelenterata
Pada Coelenterata selurah sistem syaraf bekerja sebagai sistem neurosekresi. Misalnya pada
ubur-ubur syaraf cincin sirkum oral dengan serabut radialnya mempunyai sel-sel neurosekresi.
Neurohormon belum diketahui strukturnya tapi mempunyai fungsi penting misalnya untuk
proses melepaskan gamet. Platyhelminthes Pada cacing pipih sel-sel neurosekresi terdapat pada
ganglion otak. Fungsinya belum diketahui tapi diduga belum mempunyai peranan dalam proses
regenerasi.
3. Annelida
Sel-sel neurosekresi pada annelida terdapat pada ganglion supraoesofagus, ganglion
suboesufagus dan ganglion ventral. Neuro hormon pada cacing tanah banyak diselidiki peran
neurohormon pada annelida ialah dalam fungsi:
• Tumbuh dan regenerasi
• Transformasi somatik berkenaan dengan reproduksi
• Pemotongan ganda dan perkembangan seksual
• Menentukan ciri-ciri kelamin luar (sekunder)
• Penyembuhan luka
4. Mollusca
Sel neurosekresi terdapat pada gangloin otak molluska. Pada molluska terdapat pula kelenjar
endokrin seperti pada vertebrata. Kelenjar tersebut misalnya kelenjar optik pada Octopus. Pada sejenis siput jika tentakel dibuang hasilnya pembentukan telur pada ovotestis dipercepat. Jika
ekstrak tentakel disuntikkan merangsang produksi sperma. Ekstrak ganglion otak merangsang
produksi telur. Dari contoh diatas menunjukkan bahwa baik otak maupun tentakel berisi sel-sel
neurosekresi yang menghasilkan hormon (neurohormon). Neurohormon dari tentakel
merangsang produksi sperma sedang dari otak merangsang perkembangan telur. Pada octopus
proses kedewasaan juga diatur oleh sel-sel neurosekresi yang mempengaruhi pertumbuhan
ovarium dan testes. Jadi hubungan ganglion otak-kelenjar optik-gonade pada octopus sama
seperti hubungan hipotalamus-hipofisisgonade pada vertebrata.
5. Crustacea (udang-udangan)
Mekanisme neurosekresi pada udang-udangan sangat kompleks dan sangat erat hubungannya
dengan sistem saraf dan ganglionnya. Diantaranya hormon yang penting adalah:
a. Beberapa Neurohormon Tangkai Mata
Terdapat beberapa neurohormon yang berasal dari ganglia optik yang letaknya pada tangkai
mata:
• Hormon Pigmen Retina
• Kromatorotrofin
• • Hormon Hiperglikemik
• Hormon Inhibitor Ovarium
• Hormon Inhibitor Pengelupasan (Moulting)
b. Organ Y
c. Kelenjar Androgen Pada Jantan
d. Ovarium
6. Insecta
Hampir semua hormon dihasilkan sel neurosekresi dari ganglion otak dan ganglia lainnya yang
dapat ditemukan pada protoserebrum, tritoserebrum, ganglion suboesofagus dan ganglia ventral.
Hewan ini diketahui juga menghasilkan sejumlah hormon yaitu :
1. Juvenil hormone(JH), merangsang perubahan serangga dari bentuk ulat ke larva. Hormon
ini tidak dihasilkan ketika serangga mencapai bentuk dewasanya.
2. Ecdysone, merangsang perubahan atau pergantian kulit serangga. Hormon ini bekerja
antagonis dengan JH.
3. Octopamine, menaikkan kadar penggunaan glukosa oleh otot.
Adipokinetic Hormone, mempercepat perubahan lemak menjadi energi.
. Bovine Somatotropin(BST),meningkatkan produksi susu pada ternak.
Terdapat 3 kelompok sel neuroendokrin yang utama, sebagai berikut:
1. Sel neurosekretori medialis : memiliki akson yang membentang hingga ke korpora
kardiaka, yakni sepasng organ yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan pelepasan
neurohormon.
2. Sel neurosekretori lateralis : memiliki akson yang membentang hingga ke korpora
kardiaka.
3. Sel neurosekretori subesofageal : terdapat di bawah kerongkongan dan memiliki akson
yang membentang ke korpora alata yang merupakan organ endokrin klasik.
Ketiganya berfungsi untuk mengendalikan berbagai aktivitas pertumbuhan dan pengelupasan
rangka luar (kulit luar).
d. Sistem Endokrin Pada Vertebrata
1. Kelenjar Pituitari
Kelenjar pituitari ini dikenal sebagai master of glands (raja dari semua kelenjar) karena pituitari
itu dapat mengkontrol kelenjar endokrin lainnya. Sekresi hormon dari kelenjar pituitari ini
dipengaruhi oleh faktor emosi dan perubahan iklim.
a. Hipofisis anterior:
• Hormon Somatotropin (untuk pembelahan sel,pertumbuhan)
• Hormon tirotropin (sintesis hormon tiroksin dan pengambilan unsur yodium)
• • Hormon Adrenokortikotropin (merangsang kelenjar korteks membentuk hormon)
• Hormon Laktogenik(sekresi ASI)
• Hormon Gonadotropin( FSH pada wanita pemasakan folikel, pada pria pembentukan
spermatogonium; LH pada wanita pembentukan korpus luteum,pada pria merangsang sel
interstitial membentuk hormon testosteron)
b. Hipofisis Medula (membentuk hormon pengatur melanosit)
c. Hipofisis posterior
• Hormon oksitosin(merangsang kontraksi kelahiran)
• Hormon Vasopresin( merangsang reabsorpsi air ginjal).
.
Organ Endokrin Tepi
Organ endokrin tepi adalah semua organ endokrin di luar hipotalamus dan pituitari. Saat ini telah
diketahui bahwa jantung juga menghasilkan hormon yaitu atrial naturetic peptide (ANP).
Hampir semua aktivas tubuh hewan dipengaruhi oleh hormon. Aktivitas tersebut meliputi proses
pengenceran, peredaran darah (yang melibatkan jantung dan pembuluh darah), pengeluaran,
osmoregulasi, termoregulasi dan reproduksi. Dalam mengatur aktivitas tubuh, sistem endokrin
biasanya bekerjasama dengan sistem saraf.
Keseimbangan kadar kalsium dalam darah manusia dapat dicapai melalui kerja sama antar
hormon paratiroid dan kalsitonin. Keseimbangan kadar kalsium yang normal sangat penting
karena akan memengaruhi kemampuan saraf otak untuk menerima rangsang, pembekuan darah, permeabilitas membran sel, serta fungsi normal enzim tertentu. Peningkatan kadar kalsium darah akibat kerja hormon paratiroid.
Sama seperti kadar kalsium, kadar dalam darah juga dikendalikan oleh hormon, terutama insulin
dan glukagon. Peningkatan kadar gula dalam darah juga disebabkan oleh adanya hormon
epineprin dan glukokortikoid. Hormon lain juga memengaruhi kadar gula dalam darah yaitu
hormon pertumbuhan (growth hormon, GH), hormon pemacu tiroid (TSH), dan hormon tiroid.
GH menyebabakan peningkatan kadar gula darah, sedangkan TSH dan hormon tiroid memiliki
pengaruh yang bersifat kompleks (dapat menurunkan dan meningkatkan kadar gula darah).
2. Kelenjar Pineal
Terdapat pada permukaan atas talamus diantara hemisfer serebrum. Kelenjar ini mensekresi
melatonin. Melatonin dan serotonin telah diidentifikasi pada pineal burung dan amfibi. Enzim
yang responsibel untuk pembentukan hormon ini adalah Hydroxyndol-o-methyl transferase.
3. Feromon pada Hewan
Feromon adalah zat kimia yang berasal dari kelenjar endokrin dan digunakan oleh makhluk
hidup untuk mengenali sesama jenis, individu lain, kelompok, dan untuk membantu proses
reproduksi. Berbeda dengan hormon, feromon menyebar keluar tubuh dan hanya memengaruhi
dan dikenali oleh individu lain yang sejenis (satu spesies)
a. Feromon pada Kupu-Kupu
Ketika kupu-kupu jantan atau betina memgepakkan sayapnya, saat itulah feromon tersebar di
udara dan mengundang lawan jenisnya untuk mendekat secara seksual. Feromon seks memiliki
sifat yang spesifik untuk aktivitas biologis dimana jantan atau betina dari spesies yang lain tidak
akan merespon terhadap feromon yang dikeluarkan jantan atau betina dari spesies yang berbeda.
b. Feromon pada Rayap
Untuk dapat mendeteksi jalur yang di jelajahinya, individu rayap yang berada di depan
mengeluarkan feromon penanda jejak (trail following pheromone) yang keluar dari kelenjar
stenum (sternal gland di bagian bawah, belakang abdomen), yang dapat dideteksi oleh rayap
yang berada di belakangnya. Sifat kimiawi feromon ini sangat erat hubungannya dengan bau makanannya sehingga rayap mampu mendeteksi obyek makanannya.
Disamping feromon penanada jejak , para pakar etologi (perilaku) rayap juga menganggap
bahwa pengaturan koloni berada di bawah kendali feromon dasar (primer pheromone).
c. Feromon pada Ngengat
Ngengat gipsi betina dapat memengaruhi ngengat jantan beberapa kilometer jauhnya dengan
memproduksi feromon yang disebut “disparlur”. Karena ngengat jantan mmampu mengindra
beberapa ratus molekul dari betina yang mengeluarkan isyarat dalam hanya satu mililiter udara, disparlur tersebut efektif saat disebarkan di wilayah yang saat besar sekalipun.
d. Feromon pada Semut dan Lebah Madu
Semut menggunakan feromon sebagai penjejak untuk menunjukkan jalan menuju sumber
makanan. Bila lebah madu menyengat, ia tak hanya meninggalkan sengat pada kulit korbannya, tetapi juga meninggalakan zat kimia yang memanggil lebah madu lain untuk menyerang. Demikian pula, semut pekerja dari berbagai spesies mensekresi feromon sebagai zat tanda bahaya, yang digunakan ketika terancam musuh. Feromon disebar di udara dan mengumpulkan pekerja lain. Bila semut-semut ini bertemu musuh, mereka juga memproduksi feromon sehinggaisyaratnya bertambah atau berkurang, bergantung pada sifat bahayanya.
DAFTAR PUSTAKA
Dyce K.M., Sack W.O., and Wensing C.J.G. 1996. Textbook of Veterinary Anatomy. 2nd ed. W.B. Saunders
Company. Phiadelphia
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius.
http://id.wikipedia.org/wiki/endokrin, 24 Januari 2017.
http://opensains.wordpress.com/2009/07/27/penyebab-penyakit-endokrin/,
diakses : 24 Januari 2017.
http://www.indonesiaindonesia.com/f/11222-hormon-sistem-endokrin/,
diakses: 22 Januari 2017.
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/sistem-endokrin/,
diakses : 22 Januari2017.
Peter Popesko. 1975. Atlas of Topographical Anatomy of The Domestic Animals. 1975. Vol 1. Ed ke 2.
W.B. Saunders Company. Philadelphia.
Robert Getty. 1975. Sisson and Grossman’s The Anatomy of the Domestic Animals. Vol. 1 dan 2. Ed. Ke
5. W.B. Saunders Company. Philadelphia.
Komentar
Posting Komentar