SISTEM ENDOKRIN PADA HEWAN

Nama : Agustina Du'a Nona
Npm   : 33200009


        




             UNIVERSITAS NEGERI TIMOR
            FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
         PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI








SISTEM ENDOKRIN PADA HEWAN

ENDOKRINOLOGI
1. Pengertian Endokrin
Endokrin berasal dari bahasa Yunani “endon” (dalam) dan “krino” (berpisah). Jadi 
endokrin menyatakan organ tanpa saluran (pembuluh) yang sekresinya (hormon) diserap secara  langsung ke aliran darah daripada dimasukkan ke sistem pembuluh sebelum ke peredaran darah. 
Namun, tidak semua organ tanpa pembuluh memiliki karakter endokrin seperti sumsum tulang, tonsil, limpa, dan limfenodus. Organ-organ ini tidak tersusun atas sel sekretori yang 
menghasilkan hormon (endokrin). Hormon adalah senyawa organik yang dihasilkan oleh 
kelenjar endokrin (kelenjar buntu). Hormon berfungsi mengatur pertumbuhan, reproduksi, 
tingkah laku, keseimbangan dan metabolisme. Hormon masuk ke dalam peredaran darah menuju organ target. Jumlah yang dibutuhkan sedikit namun mempunyai kemampuan kerja yang besar dan lama pengaruhnya karena hormon mempengaruhi kerja organ dan sel. 
Hormon terdiri dari 2 jenis berdasarkan struktur kimiawinya yaitu hormon yang terbuat dari peptida (hormon peptida) 
dan hormon yang terbuat dari kolesterol (hormon steroid). 
Perbedaan saraf dan hormon adalah saraf bekerja cepat dan pengaruhnya cepat hilang. Sedangkan hormon bekerja lambat dan 
pengaruhnya lama.
Sistem endokrin hampir selalu bekerja sama dengan sistem saraf, namun cara kerjanya dalam mengendalikan aktivitas tubuh berbeda dari sistem saraf. Ada dua perbedaaan cara kerja antara kedua sistem tersebut. Kedua perbedaan tersebut adalah sebagai berikut.
Dibandingkan dengan sistem saraf, sistem endokrin lebih banyak bekerja melalui transmisi 
kimia. 

2. Sistem endokrin memperhatikan waktu respons lebih lambat daripada sistem saraf. Pada 
sistem saraf, potensial aksi akan bekerja sempurna hanya dalam waktu 1-5 milidetik, tetapi kerja endokrin melalui hormon baru akan sempurna dalam waktu yang sangat bervariasi, berkisar antara beberapa menit hingga beberapa jam. Hormon adrenalin bekerja hanya dalam waktu singkat, namun hormon pertumbuhan bekerja dalam waktu yang sangat lama. Di bawah kendali sistem endokrin (menggunakan hormon pertumbuhan), proses pertumbuhan memerlukan waktu hingga puluhan tahun untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang sempurna.
Dasar dari sistem endokrin adalah hormon dan kelenjar (glandula), sebagai senyawa kimia 
perantara, hormon akan memberikan informasi dan instruksi dari sel satu ke sel lainnya. Banyak 
hormon yang berbeda-beda masuk ke aliran darah, tetapi masing-masing tipe hormon tersebut bekerja dan memberikan pengaruhnya hanya untuk sel tertentu.
Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu, merupakan suatu kelenjar yang tidak memiliki saluran 
pelepasan (ductless) untuk mengeluarkan hasil sekresi/ penggetahannya ke luar dari tubuh 
kelenjar. Sekret/getah yang diproduksi oleh kelenjar yang demikian ini disebut hormon. Karena tidak memiliki saluran pelepasan maka hormon ini langsung merembes ke peredaran darah, 
lymphe atau cairan tubuh dari organ sampai ke organ target/sasaran. dalam hal ini hanya jaringan tertentu saja yang mampu memberikan tanggapan/respons terhadap hormon-honnon yang tertentu pula. Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan mikroskopis sangat sederhana. Kelompok ini terdiri dari deretan sel-sel, lempengan atau gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat halus yang banyak mengandung pembuluh kapiler. 
Kelenjar endokrin mensekresi substansi kimia yang langsung dikeluarkan ke dalam pembuluh 
darah. Sekresinya disebut : hormon. Hormon yaitu penghantar (transmitter) kimiawi yang dilepas 
dari sel-sel khusus ke dalam aliran darah. Selanjutnya hormon tersebut dibawa ke sel-sel target (responsive cells) tempat terjadinya efek hormon.

Beberapa glandula endokrin berada sebagai organ terpisah, dan yang lainnya terkandung 
di dalam suatu organ. Organ yang memiliki dua fungsi ini dapat diklasifikasika menjadi kelenjar 
eksokrin dan endokrin. Satu bagian jaringan parenkim dalam kelenjar tersebut menghasilkan 
hormon, dan jaringan parenkim lainnya menghasilkan sekresi (eksokrin) yang dialirkan melewati sebuah duktus (saluran) atau struktur ekskresi tertentu.

Istilah “hormon” (dari bahasa Yunani, untuk membangunkan atau menjadi bergerak) 
mewakili hasil sekresi dari jaringan glandular endokrin. Hormon dapat dinyatakan sebagai 
substansi integrator kimia organik, dibentuk oleh jaringan glandular endokrin yang ada dalam 
satu organ atau bagian dari tubuh, dan ditransfer dalam beberapa jarak melalui darah, limfe, atau nervus ke organ lain atau bagian tubuh lain untuk dirangsang atau dihambat. 

Sel-sel penyusun organ endokrin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1. Sel Neusekretori, adalah sel yang berbentuk seperti sel saraf, tetapi berfungsi sebagai 
penghasil hormon. Contoh sel neusekretori ialah sel saraf pada hipotalamus.
 Sel tersebut memperhatikan fungsi endokrin sehingga dapat juga disebut sebagai sel neuroendokrin. 
Sesungguhnya, semua sel yang dapat menghasilkan sekret disebut sebagai sel sekretori. Oleh karena itu, sel saraf seperti yang terdapat pada hipotalamus disebut sel neusekretori.

2. Sel endokrin sejati, disebut juag sel endokrin kelasik yaitu sel endokrin yang benar-benar 
berfungsi sebagai penghasil hormon, tidak memiliki bentuk seperti sel saraf. Kelenjat endokrin sejati melepaskan hormon yang dihasilkannya secara langsung ke dalam darah (cairan tubuh). 
Kelenjar endokrin sejati dapat ditemukan pada hewan yang memepunyai sistem sirkulasi, baik 
vertebrata maupun invertebrata. Hewan invertebrata yang sering menjadi objek studi sistem endokrin yaitu Insekta, Crustaceae, Cephalopoda, dan Moluska. Kelenjar ensokrin dapat berupa sel tunggal atau berupa organ multisel.
Secara pragmatis, organ endokrin dapat dibedakan menjadi tiga tipe. Tipe pertama disusun atas beberapa organ yang membentuk endokrin secara utama seperti hipofise, epifise (pineal), dan tiroid, paratiroid, glandula adrenal (supra renal). Tipe kedua, tersusun atas organ-organ yang 
menggabungkan fungsi endokrin dengan fungsi lainnya tetapi sangat berhubungan, sebagai 
contoh pankreas, testes, ovarium, dan plasenta. Tipe ke tiga, tersusun atas organ-organ dengan 
fungsi utama yang cukup berbeda, tetapi organ tersebut termasuk komponen endokrin yang 
tidak menyolok, seperti ginjal, hati, timus, jantung, dan traktus digastivus.
2. Klasifikasi Hormon
a). Hormon perkembangan/Growth hormone adalah hormon yang memegang peranan di 
dalam perkembangan dan pertumbuhan. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar gonad

b). Hormon metabolisme mengatur proses homeostasis glukosa dalam tubuh diatur oleh 
bermacam-macam hormon, contoh glukokortikoid, glukagon, dan katekolamin

c). Hormon tropik – dihasilkan oleh struktur khusus dalam pengaturan fungsi endokrin yakni 
kelenjar hipofise sebagai hormon perangsang pertumbuhan folikel (FSH) pada ovarium dan 
proses spermatogenesis (LH)

d). Hormon pengatur metabolisme air dan mineral – kalsitonin dihasilkan oleh kelenjar tiroid 
untuk mengatur metabolisme kalsium dan fosfor.

3. Struktur Sistem Endokrin
Struktur sistem endokrin terdiri dari :
a). Kelenjar eksokrin yang melepaskan sekresinya ke dalam duktus pada permukaan tubuh, 
seperti kulit, atau organ internal, seperti lapisan traktus intestinal. 

b). Kelenjar endokrin termasuk hepar, pankreas (kelenjar eksokrin dan endokrin), payudara, 
dan kelenjar lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya, kelenjar endokrin melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah

4. Fungsi Sistem Endokrin
Sistem endokrin mempunyai beberapa fungsi yaitu :
a). Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang
b). Menstimulasi urutan perkembangan
c). Mengkoordinasi sistem reproduktif
d). Memelihara lingkungan internal optimal

5. Organ-Organ Endokrin
Semua hewan vertebrata (ikan, amfibi, reptil, burung dan mamalia, termasuk manusia) 
memiliki kelenjar endokrin yang sama dan melepaskan hormon yang mirip dengan pengendalian pembangunan, pertumbuhan, reproduksi dan tanggapan lainnya. Berikut adalah beberapa 
kelenjar endokrin utama.

5.1. Hipotalamus
Selama kehamilan, plasenta juga bertindak sebagai suatu kelenjar endokrin. Hipotalamus 
melepaskan sejumlah hormon yang merangsang hipofisa; beberapa diantaranya memicu 
pelepasan hormon hipofisa dan yang lainnya menekan pelepasan hormon hipofisa.
5.2 Hipofise
Hipofise berasal dari bahasa Yunani yaitu hypo dan phyein yang artinya tumbuh di bawah atau 
glandula pituitari (Latin, pituita: lendir) terkadang dilukiskan sebagai glandula endokrin master (utama) karena organ ini menghasilkan hormon tertentu yang secara langsung mempengaruhi 
aktivitas glandula endokrin lain. Hipofise merupakan relay antara mekanisme saraf dan humoral yang secara bersama mengontrol fungsi tertentu. 
Hipofise berbentuk elip dengan ukuran sekitar 1 x 0,75 x 0,5 cm pada anjing ukuran 
medium dan berwarna gelap. Hipofise tergantung di bawah hipotalamus oleh tangkai pendek dan 
rapuh (infundibulum), dan menempati fossa hipofise sellae tursica (cekungan pada tulang 
basisphenoid) yang berada pada lantai cavum cranii (tepatnya fossa cranialis medius). Hipofise 
dibungkus oleh duramater kecuali tempat perlekatan infundibulum pada diencephalon 
(hypotalamus). Suatu lipatan dura mater yang menyerupai lempengan memanjang mengitari 
infundibulum. 

Secara umum, hipofise disuplai oleh arteri carotis internus dan atreri cerebralis. Aliran 
vena biasanya ke sinus cavernosus dan sinus intercavernosus sekitarnya. Hipofise mendapatkan 
saraf dari pleksus carotis dan dari nuklei yang berada di hipotalamus. Serabut saraf dari nuklei 
tersebut menguncup membentuk traktus hipotalamus-hipofise yang berjalan ke infundibulum dan menuju neurohipofise.

Secara embriologi, hipofise berasal dari ektoderm yang melapisi cavitas stomodeum, dan 
ektoderm neural yang mengalami evaginasi ke ventral dari lantai diencephalon. Karenanya, 
glandula ini tersusun oleh dua tipe jaringan berbeda dan bertanggung jawab atas penampakan kasar dua lobus pada hipofise.
Secara garis besar, hipofise dibagi dua lobus yaitu adenohipofise (lobus anterior) dan 
neurohipofise (lobus posterior). Pars distal glandula tersusun sebagian besar oleh adenohipofise. 
Neurohipofise disambungkan ke hipotalamus melalui tangkai neural (pars infundibulum). Pars 
distalis memanjang ke atas beberapa jarak membentuk lapisan sel epithel tipis sekitar 
infundibulum yang disebut pars infundibularis adenohypophysis. Pars distalis dipisahkan dari 
neurohipofise oleh celah intraglanduler (kantong Rathke). Dinding caudal celah dikenal sebagai 
pars intermedia adenohypophysis. 
Pars distalis hipofise menghasilkan hormon somatotrofin (STH/GH), gonadotrfin (FSH dan 
LH/ICSH), tirotrofin (TSH), adrenokortikotrofin (ACTH), dan prolaktin.
Pars intermedia pada hewan rendah seperti amfibia memproduksi melanocyte stimulating 
hormone (MSH). Hormon ini menimbulkan penebaran pigmen hitam dalam melanosit epidermis. 
Dua hormon berbeda diproduksi oleh bagian neurohipofise yaitu hormon antidiuretis 
(ADH)/vasopressin/Pitressin dan oksitosin/Pitosin (suatu hormon untuk milk let-down). 
Tidak semua kelenjar endokrin berada dibawah kendali hipofisa, beberapa diantaranya 
memberikan respon, baik langsung maupun tidak langsung, terhadap konsentrasi zat-zat di dalam 
darah:
1. Sel-sel penghasil insulin pada pankreas memberikan respon terhadap gula dan asam lemak.
2. Sel-sel paratiroid memberikan respon terhadap kalsium dan fosfat
3. Medulla adrenal (bagian dari kelenjar adrenal) memberikan respon terhadap perangsangan 
langsung dari sistem saraf parasimpatis.
5.3. Epifise (Glandula Pineal)
Epifise berukuran kecil, agak gelap, tumbuh ke luar dari bagian dorsal otak di ujung 
belakang atap ventrikel III sebelum coliculli rostralis. Pada spesies tertentu epifise dikaitkan 
dengan pembentukan kantong ke luar (recces epiphyse) dari pia-ependima yang mengatapi 
ventrikel III. Epifise tersembunyi di antara cerebrum dan cerebellum pada otak utuh. 
Epifise diketahui menghasilkan melatonin, suatu hormon yang berkaitan dengan 
serotonin yang memiliki efek antigonadotrofik. Melatonin disintesis dari serotonin melalui aksi 
katalitik enzim hidroindol-O-metil transferase (HIOMT). Gelap merangsang sistesis dan 
pelepasan melatonin dari glandula pineal, sementara cahaya akan menekan aksi katalitik enzim 
HIOMT yang selanjutnya menekan sintesis dan pelepasannya. Epifise berfungsi sebagai 
biological clock yang mengatur variasi tahunan (musiman) dan harian aktivitas gonad. Melatonin 
diperkirakan bekerja pada hipotalamus dengan mengontrol sintesis dan pelepasan gonadotrophic 
hormone-releasing factors. 
4. Glandula Tiroid
Glandula ini diberi nama “tiroid” oleh Thomas Wharton pada tahun 1656, berdasarkan 
bentuknya. Tiroid berasal dari bahasa Yunani yaitu thyreos yang berarti perisai memanjang, dan eidos yang berarti bentuk. Glandula tiroid ditemukan pada semu vertebrata. Hormon produksinya 
berfungsi sebagai pengatur laju metabolisme. 
Secara embriologi, epitel kelenjar tiroid berasal dari entoderm yang melapisi lantai usus depan 
(foregut) pada posisi gelembung pharyngeus pasangan pertama. Perkembangan awal glandula 
tiroid berupa kantong (diverticulum thyroideus) yang tumbuh ke ventral dari bagian tengah usus 
depan, tetapi masih tetap terikat melalui leher sempit (duktus tiroglosus). Perkembangan 
selanjutnya, duktus tersebut menjadi tangkai solid atau bahkan pecah menyisakan takikan di 
belakang lidah (foramen cecum). Tiroid sendiri menjadi massa yang solid dan berlobus dua 
yaitu kiri dan kanan pada saat fase perkembangan awal, tatkala terbebas dari tangkai yang atropi. 
Jaringan tiroid ektopik tidaklah tidak biasa dan mungkin berkembang di suatu lokasi di 
sepanjang penurunan dari akar lidah sampai posisi normal tiroid. Terkadang jaringan tiroid aktif ditemukan pada mediastinum dengan batas terbelakang difragma.
Secara filogenetik, tiroid merupakan struktur anatomi tua yang kemudian muncul di bawah 
pengaruh pars distalis hipofise. Sekarang telah disepakati bahwa pars distalis mengontrol tiroid 
melalui hormon tirotrofin (TSH). 
Glandula tiroid dewasa dibungkus oleh kapsul jaringan ikat yang dilekatkan ke organ sekitarnya secara longgar. 

Parenkim tiroid umumnya berwarna merah bata dan teksturnya agak bergranul karena beberapa bungkusan folikel yang dikandungnya. Pada beberapa hewan seperti sapi, 
penampakan tiroid utuh tidak teratur, tetapi pada hewan lain seperti anjing permukaannya sedikit halus. 
Jaringan tiroid sedikit kenyal dan padat menyebabkannya dapat dipalpasi di belakang 
laring pada hewan besar. Pada anjing sehat, tiroid tidak terpalpasi. 
Ukuran glandula tiroid bervariasi bergantung pada kandungan iodium pada makanan.Saat 
kandungan iodium rendah, pembesaran glandula tiroid (goiter) dapat terjadi. 
Di Beberapa belahan dunia, penambahan iodium pada garam merupakan keharusan sebagai usaha preventif terhadap defisiensi iodium. 
Pembentukan hormon tiroid (tiroksin) diawali dari penjeratan ion inorganik iodida yang ada 
dalam darah oleh sel epitel folikel tiroid. Iodida dalam sel epitel selanjutnya dioksidasi oleh satu 
atau dua enzim menjadi iodium bebas. 
Lodium bebas dalam sel epitel dikonversi menjadi iodium berikatan dengan protein. 
Asam amino tirosin diiodinasi di dalam sel epitel folikel. Tirosin dalam folikel diubah menjadi monoiodotirosin atau diiodotirosin. Dua molekul diiodotirosin dapat bergabung dengan kehilangan satu rantai samping membentuk sebuah molekul 
tetraiodotironin (tiroksin). Monoiodo- dan diiodo- dapat berkonjugasi membentuk triiodotironin 
atau deiodinasi tetraiodotironin juga dapat membentuk triiodotironin. Dalam beberapa kasus, 
senyawa-senyawa yang diiodinasi tersebut disimpan di dalam folikel sebagai makromolekul 
iodotiroglobulin. 
Pelepasan hormon tiroid dari glandula terjadi melalui pemotongan enzimatik terhadap molekul 
tiroglobulin menjadi molekul yang dapat larut seperti tiroksin. Tiroksin dapat menyusup dari sel 
folikel ke dalam sirkulasi darah. 
Porsi kecil parenkim tiroid diisi oleh sel “C” atau sel parafolikuler. Sel ini berasal dari badan ultimobrachial yang diturunkan dari kelompok epitel kantong faringeal keempat yang disusupi 
oleh sel neural crest. Sel “C” menghasilkan kalsitonin yang bersifat antagonis dengan 
parathormon pada beberapa spesies. 
5.5. Glandula Paratiroid
Paratiroid berasal dari bahasa Yunani yaitu para yang berarti di samping, posisi relatif 
terhadap tiroid. Biasanya ditemukan 4 glandula paratiroid dengan lokasi dekat atau di dalam 
glandula tiroid. 
Secara embriologi, glandula paratiroid berkembang dari diverticulum dorsal kantong branchial ketiga dan keempat. Setiap diverticulum menebal oleh massa sel yang berasal dari entoderm dan berdiferensiasi menjadi dua pasang glandula yang terpisah dari mukosa faring. Glandula tersebut dikenali sebagai sepasang glandula paratiroid III/eksternal/cranial (berasal dari kantong faringeal ketiga); dan yang lain sepasang paratiroid IV/internal/caudal (berasal dari kantong faringeal 
keempat). Pada anjing, kucing, dan ruminansia kecil, glandula paratiroid masuk atau terbungkus di dalam substansi glandula tiroid. Kondisi ini sering lepas dari pengamatan saat seksi/nekropsi rutin. 
Sekali terlihat, glandula paratiroid dapat dibedakan dari glandula tiroid dengan melihat warna yaitu berwarna pucat, kontras dengan tiroid yang berwarna merah. Pada sapi dan kuda, paratiroid ditemukan dekat glandula tiroid. 
Glandula paratiroid III berpindah ke bawah leher karena pengembangan timus dan berhenti pada berbagai posisi, umumnya dekat bifurkasio karotis, tetapi pada kuda agak ke belakang (mendekati apertura thoracalis cranialis). Glandula paratiroid III juga susah dikenali karena menyerupai limfenodus, namun demikian, glandula ini lebih pucat dan permukaannya agak bergranul (tidak halus). Pada anjing, glandula ini terletak di depan glandula tiroid, dan pada 
kucing terletak di belakangnya. 
Glandula paratiroid menghasilkan parathormon. Hormon ini berperan pada metabolisme 
kalsium. 
5.6. Glandula Adrenal
Glandula adrenal terdapat sepasang. Terletak pada atap cavum abdomen dekat 
sambungan thorac-lumbal. Glandula menempati daerah retroperitonium dan biasanya 
craniomedial ginjal (lebih di medial pada kuda). Glandula lebih dekat berhubungan dengan 
pembuluh darah di abdomen dimana aorta di kiri, dan vena cava caudal di kanan dibandingkan 
dengan ginjal (sesuai nama suprarenal).
Glandula adrenal terfiksir baik, padat, dan mudah patah jika dibengkokkan. Bentuk 
glandula adrenal memanjang dan sering asimetri. Ukuran glandula adrenal bervariasi. Ukuran 
pada hewan liar relatif lebih besar daripada hewan domestik; hewan muda lebih besar daripada hewan dewasa; betina bunting dan menyusui lebih besar daripada hewan tidak aktif reproduksi.
Secara embriologi, glandula adrenal mempunyai dua asal. Korteks adrenal berasal dari 
lapisan mesoderm, dan medulla berasal dari sel kromofin ektoderm. Korteks berkembang sangat awal pada embrio. Diawali dari pemunculan perbanyakan lokal sel dari mesoderm splanchnik di kedua sisi basis mesentorium dorsal dekat kutub depan mesonefros. Sel-sel tersebut 
berakumulasi pada mesenkim di bawahnya dan perlahan tersusun dalam bentuk batangan. 
Perkembanan selanjutnya, sel tersebut membentuk korteks adrenal primordium. Belakangan dalam perkembangan, sel imigran menyusupi korteks primordium dan berdiferensasi menjadi medulla.
Sel kromofin medulla adrenal berasal dari neural crest pada saat ganglion simpatis 
berkembang. Sel-sel ini berdiferensiasi menjadi sel kelenjar medulla adrenal yang dapat 
menghasilkan sekret (epinefrin dan noreprinefrin). 
Kapsul glandula adrenal tersusun atas jaringan ikat padat tak teratur. Trabekula melekat 
ke kapsul dan jarang masuk korteks menuju medulla. Jaringan interstitiel korteks ditemukan pada medulla. Saraf-saraf tersebut lebih banyak merupakan saraf preganglion simpatis.

5. 7. Jaringan Pulau Pankreas
Pankreas merupakan organ berfungsi ganda pada hewan. Sebagian besar porsi organ
menghasilkan eksokrin yang berkaitan dengan pencernaan, sedangkan grup-grup sel yang
letaknya menyebar (pulau pankreas Langerhans) menghasilkan endokrin berupa insulin dan
glokagon.
Secara embriologi, jaringan pulau berawal dari pucuk sistem duktus yang berkembang pada
pankreas. Pulau pertama kali muncul dari duktus pankreas sebagai pucuk tunggal. Belakangan
dalam perkembangan, pulau-pulau tumbuh menjadi massa kompleks berbentuk speris, ovoid,
atau tidak teratur dengan diameter sekitar 40-200 mikron. Jumlah pulau yang lebih banyak
ditemukan pada ekor pankreas daripada yang ditemukan pada kepalanya. Pulau umumnya
ditemukan dalam lobulus pankreas, beberapa dalam jaringan ikat interlobularis, dan beberapa
melekat pada tubulus eksokrin pankreas.
Secara mikroskopik, pankreas dibungkus oleh kapsul tipis yang mengandung jaringan ikat
areolaris dan retikularis. Kelompok serabut retikularis membnetuk septa/pemisah tipis dan tidak komplit (trabekula) dengan asinus. Serabut reticularis halus membentuk jaringan interstitiel yang memisahkan sel atau grup sel.
Parenkim pulau pankreas tersusun atas beberapa jenis sel. Sel alpha ( “A” ) menyusun sekitar
20% dan menyebar di seluruh pulau. Sel ini menghasilkan hormon hiperglikemik glikogenolitik (glukagon) dengan fungsi berlawanan dengan insulin. Sel beta (“B”) menyusun sekitar 75% dari
total sel pulau. Sel B menghasilkan hormon insulin. Sel delta (“D”) ditemukan pada primata dan
anjing. Pada anjing, sel D menyusun sekitar 5%. Sitoplasma sel D mengandung granul halus. Sel
“F” ditemukan pada anjing. Sel F mempunyai inti berlubus dan granul sekresi yang anguler.
Darah yang menyuplai jaringa pulau berlimpah. Kapiler membentuk sebuah jaringan di
permukaan masing-masing pulau dan megalir ke arah pusatnya.
5.8. Testes
Testes bertanggung jawab atas fungsi reproduksi pada jantan dewasa. Tugas ini dilakukan
oleh dua meknisme berbeda tetapi saling berkaitan. Pertama, sekresi internal testes bertanggung jawab untuk perkembangan ciri-ciri seksual sekunder (pembeda jantan dewasa kelamin), menyiapkan dan mempertahankan fisiologi organ genital accessorius (glandula vesicula seminalis, prostat, dan bulbourethralis). Kedua, tubuli seminiferi bertanggung jawab untuk
aktivitas morfologi dan genetik yang menghasilkan spermatozoa. Fungsi endokrin testes di bawah pengaruh hormon gonadotrofin yang diproduksi oleh pituitari.
Gonad berkembang dalam hubungan yang sangat dekat dengan sistem urinasi. Gonad muncul sebagai penebalan seperti rigi (rigi gonad) pada pemukaan ventral bagian tengah mesonefros.
Rigi ini mengandung mesoderm yang dilapisi oleh lapisan tunggal sel mesotelium (peritoneum).
Lapisan mesotelium melapisi mesonefros dan organ lain termasuk cavum abdomen.
Perkembangan selanjutnya, mesotelium yang membungkus gonad mengalami modifikasi yakni
menebal dan beberapa selnya berdiferensiasi menjadi sel germinal primordial.
Jika gonad berkembang menjadi testes, sel-sel epithel germinal migrasi ke bawah mesenkim dan
membentuk massa sel yang selanjutnya berdiferensiasi menjadi tubuli seminiferi. Jaringan
mesenkim interstitial antara tubuli berdiferensiasi menjadi sel khusus yang mampu menghasilkan
hormon seks jantan (androgen/testosteron).
Jika gonad berkembang menjadi ovarium, sel germinal primordial yang berasal dari lapisan
epithel germinal yang membungkus ovari, migrasi ke bawah mesenkim dan disana, melalui
proses pertumbuhan dan maturasi, berkembang menjadi folikel primer, sekunder, dan terakhir
folikel vesikularis yang mengandung ova.
5. 9. OVARIUM
Ovarium yang berada di bawah kontrol hormon gonadotrofin dari hipofise bertanggung jawab
terhadap siklus birahi pada hewan betina. Pertama, ovarium betanggung jawab terhadap
pertumbuhan dan maturasi ovum. Kedua, ovarium juga berfungsi sebagai glandula endokrin
yang menghasilkan hormon seks betina (estrogen). Ketiga, estrogen merangsang dan
mempertahankan sifat seksual sekunder. Keempat, ovarium mampu mengembangkan korpus
luteum yang menghasilkan progesteron. Selanjutnya, korpus luteum menghasilkan hormon lain yaitu relaksin yang berperan dalam proses partus. Perkembangan secara embriologi telah
diterangkan bersama testes. Ovarium merupakan organ reproduksi wanita. Selain menghasilkan
sel telur, ovarium juga menghasilkan hormon.
Ada dua macam hormon yang dihasilkan ovarium yaitu sebagai berikut.
1. Estrogen
Pembentukan estrogen dirangsang oleh FSH. Fungsi estrogen ialah menimbulkan dan
mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita. Tanda-tanda kelamin sekunder
adalah ciri-ciri yang dapat membedakan wanita dengan pria tanpa melihat kelaminnya.
Contohnya, perkembangan pinggul dan payudara pada wanita dan kulit menjadi bertambah
halus.
2. Progesteron
Pembentukannya dirangsang oleh LH dan berfungsi menyiapkan dinding uterus agar dapat
menerima telur yang sudah dibuahi. Plasenta membentuk estrogen dan progesteron selama
kehamilan guna mencegah pembentukan FSH dan LH. Dengan demikian, kedua hormon ini
dapat mempertahankan kehamilan.
5. 10. MUKOSA INTESTINUM
Antrum mukosa lambung menghasilkan hormon gastrin ke dalam sirkulasi darah.
Gastrin merangsang fundus labung untuk menghasilkan lebih banyak getah lambung (gastric
joice). Asam lemak yang masuk ke duodenum merangsang sel mukosa untuk menyekresi
hormon enterogastron. Hormon ini berfungsi menurunkan motilitas lambung dan memberi
kesempatan untuk pencernaan lemak dalam usus.
Bolus makanan masuk ke duodenum, merangsang pelepasan hormon polipeptida
(sekretin) oleh mukosa doudenum. Sekretin merangsang pankreas untuk memproduksi getah
(cairan) yang kaya bikarbonat untuk menetralisir asam dari lambung. Hormon lain yaitu pankreozimin juga dihasilkan oleh mukosa usus halus yang berfungsi merangsang pelepasan
sekretin.
Hormon pankreozimin juga merangsang pankreas untuk melepaskan enzim-enzimnya ke asinus.
Hormon kolesistokinin dihasilkan saat lemak atau asam masuk usus halus. Kolesistokinin
meningkatkan toksisitas lapisan otot kantung empedu sehingga menimbulkan otot spinter duktus
koledokus terbuka. Peristaltik duodenum merangsang pengosongan kantung empedu karena setiap gelombang peristaltik akan menghambat spinter Oddi, yang membiarkan tekanan dalam kantong empedu untuk mendorong empedu ke duodenum.
6. SISTEM HORMON PADA HEWAN

a. Sistem Endokrin pada Amphibia
Katak memiliki beberapa kelenjar endokrin yang menghasilkan sekresi intern disebut hormon.
Fungsinya mengatur atau mengontrol tugas-tugas tubuh, merangsang, baik yang bersifat
mengaktifkan atau mengerem pertubuhan, mengaktifkan bermacam-macam jaringan dan
berpengaruh terhadap tingkah laku makhluk hidup.
• Pada dasar otak terdapat glandulae pituitaria atau glandula hypophysa. Bagian anterior
kelenjar ini menghasilkan hormon pertumbuhan. Hormon ini mengontrol pertumbuhan tubuh
terutama pada panjang tulang. Juga merangsang gonad untuk menghasilkan sel kelamin.
• Bagian tengah glandula .pituitaria menghasilkan hormon intermidine yang mempunyai
peranan dalam pengaturan cromatophora dalam kulit.
• Bagian posterior glandula Pituitaria menghasilkan hormon yang mengatur pengambilan
air.
• Hormon tyroid yang mengatur metabolisme. Kelenjar ini menjadi besar pada berudu
sebelum metamorphose menjadi katak.
• Kelenjar pankreas menghasilkan enzim dan hormon insulin yang mengatur meteabolisme
zat gula.
b. Sistem Endokrin pada Aves
• Kelenjar endokrin terdiri atas glandulae pituitaria atau hypophysa terletak didasar otak
pada ujung infundibulum, glandulae thyroidea yang terletak di bawah pena jugularis dekat
cabang arteri subclavia dan arteri carotis.
• Glandulae pancreaticus menghasilkan hormon insulin. Glandulae sub renalis atau
glandula andrenalis terletak pada permukaan ventral dan Ren, Glandulae sexualis menghasilkan
hormon yang mempengaruhi tanda kelamin sekunder terutama terletak pada warna bulu.
c. Sel-sel neurosekresi terdapat pada terutama hewan rendah kecuali hewan bersel satu.
Pada Coelenterata dan annelida tidak terdaopat kelenjar endokrin tapi mekanisme neurosekresi
mengatur pertumbuhan dan reproduksi. Demikian juga pada cacing pipih dan nematoda hanya
mempunyai mekanisme neurosekresi. Hewan rendah yang mempunyai kelenjar endokrin ialah
Cephalopoda, Arthropoda dan hewan yang lebih kompleks lainya.
1. Crustacea
Terdapat kelenjar sinus pada insekta ada korpus kardiakum.kedua kelenjar tersebut sama dengan
neurohipofisis (hipofisis bagaian belakang) pada vertebrata. Jadi pada dasarnya hewan rendah
maupun vertebrata terdapat suatu hubungan antara sistem syaraf dengan kelenjar endokrin.
Hipotisis pada vertebrata disebut kelenjar neuroendokrin
2. Coelenterata
Pada Coelenterata selurah sistem syaraf bekerja sebagai sistem neurosekresi. Misalnya pada
ubur-ubur syaraf cincin sirkum oral dengan serabut radialnya mempunyai sel-sel neurosekresi.
Neurohormon belum diketahui strukturnya tapi mempunyai fungsi penting misalnya untuk
proses melepaskan gamet. Platyhelminthes Pada cacing pipih sel-sel neurosekresi terdapat pada
ganglion otak. Fungsinya belum diketahui tapi diduga belum mempunyai peranan dalam proses
regenerasi.
3. Annelida
Sel-sel neurosekresi pada annelida terdapat pada ganglion supraoesofagus, ganglion
suboesufagus dan ganglion ventral. Neuro hormon pada cacing tanah banyak diselidiki peran
neurohormon pada annelida ialah dalam fungsi:
• Tumbuh dan regenerasi
• Transformasi somatik berkenaan dengan reproduksi
• Pemotongan ganda dan perkembangan seksual
• Menentukan ciri-ciri kelamin luar (sekunder)
• Penyembuhan luka
4. Mollusca
Sel neurosekresi terdapat pada gangloin otak molluska. Pada molluska terdapat pula kelenjar
endokrin seperti pada vertebrata. Kelenjar tersebut misalnya kelenjar optik pada Octopus. Pada sejenis siput jika tentakel dibuang hasilnya pembentukan telur pada ovotestis dipercepat. Jika
ekstrak tentakel disuntikkan merangsang produksi sperma. Ekstrak ganglion otak merangsang
produksi telur. Dari contoh diatas menunjukkan bahwa baik otak maupun tentakel berisi sel-sel
neurosekresi yang menghasilkan hormon (neurohormon). Neurohormon dari tentakel
merangsang produksi sperma sedang dari otak merangsang perkembangan telur. Pada octopus
proses kedewasaan juga diatur oleh sel-sel neurosekresi yang mempengaruhi pertumbuhan
ovarium dan testes. Jadi hubungan ganglion otak-kelenjar optik-gonade pada octopus sama
seperti hubungan hipotalamus-hipofisisgonade pada vertebrata.
5. Crustacea (udang-udangan)
Mekanisme neurosekresi pada udang-udangan sangat kompleks dan sangat erat hubungannya
dengan sistem saraf dan ganglionnya. Diantaranya hormon yang penting adalah:
a. Beberapa Neurohormon Tangkai Mata
Terdapat beberapa neurohormon yang berasal dari ganglia optik yang letaknya pada tangkai
mata:
• Hormon Pigmen Retina
• Kromatorotrofin
• • Hormon Hiperglikemik
• Hormon Inhibitor Ovarium
• Hormon Inhibitor Pengelupasan (Moulting)
b. Organ Y
c. Kelenjar Androgen Pada Jantan
d. Ovarium
6. Insecta
Hampir semua hormon dihasilkan sel neurosekresi dari ganglion otak dan ganglia lainnya yang
dapat ditemukan pada protoserebrum, tritoserebrum, ganglion suboesofagus dan ganglia ventral.
Hewan ini diketahui juga menghasilkan sejumlah hormon yaitu :
1. Juvenil hormone(JH), merangsang perubahan serangga dari bentuk ulat ke larva. Hormon
ini tidak dihasilkan ketika serangga mencapai bentuk dewasanya.
2. Ecdysone, merangsang perubahan atau pergantian kulit serangga. Hormon ini bekerja
antagonis dengan JH.
3. Octopamine, menaikkan kadar penggunaan glukosa oleh otot.
Adipokinetic Hormone, mempercepat perubahan lemak menjadi energi.
. Bovine Somatotropin(BST),meningkatkan produksi susu pada ternak.
Terdapat 3 kelompok sel neuroendokrin yang utama, sebagai berikut:
1. Sel neurosekretori medialis : memiliki akson yang membentang hingga ke korpora
kardiaka, yakni sepasng organ yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan pelepasan
neurohormon.
2. Sel neurosekretori lateralis : memiliki akson yang membentang hingga ke korpora
kardiaka.
3. Sel neurosekretori subesofageal : terdapat di bawah kerongkongan dan memiliki akson
yang membentang ke korpora alata yang merupakan organ endokrin klasik.
Ketiganya berfungsi untuk mengendalikan berbagai aktivitas pertumbuhan dan pengelupasan
rangka luar (kulit luar).
d. Sistem Endokrin Pada Vertebrata
1. Kelenjar Pituitari
Kelenjar pituitari ini dikenal sebagai master of glands (raja dari semua kelenjar) karena pituitari
itu dapat mengkontrol kelenjar endokrin lainnya. Sekresi hormon dari kelenjar pituitari ini
dipengaruhi oleh faktor emosi dan perubahan iklim.
a. Hipofisis anterior:
• Hormon Somatotropin (untuk pembelahan sel,pertumbuhan)
• Hormon tirotropin (sintesis hormon tiroksin dan pengambilan unsur yodium)
• • Hormon Adrenokortikotropin (merangsang kelenjar korteks membentuk hormon)
• Hormon Laktogenik(sekresi ASI)
• Hormon Gonadotropin( FSH pada wanita pemasakan folikel, pada pria pembentukan
spermatogonium; LH pada wanita pembentukan korpus luteum,pada pria merangsang sel
interstitial membentuk hormon testosteron)
b. Hipofisis Medula (membentuk hormon pengatur melanosit)
c. Hipofisis posterior
• Hormon oksitosin(merangsang kontraksi kelahiran)
• Hormon Vasopresin( merangsang reabsorpsi air ginjal).

.
Organ Endokrin Tepi
Organ endokrin tepi adalah semua organ endokrin di luar hipotalamus dan pituitari. Saat ini telah
diketahui bahwa jantung juga menghasilkan hormon yaitu atrial naturetic peptide (ANP).
Hampir semua aktivas tubuh hewan dipengaruhi oleh hormon. Aktivitas tersebut meliputi proses
pengenceran, peredaran darah (yang melibatkan jantung dan pembuluh darah), pengeluaran,
osmoregulasi, termoregulasi dan reproduksi. Dalam mengatur aktivitas tubuh, sistem endokrin
biasanya bekerjasama dengan sistem saraf.
Keseimbangan kadar kalsium dalam darah manusia dapat dicapai melalui kerja sama antar
hormon paratiroid dan kalsitonin. Keseimbangan kadar kalsium yang normal sangat penting
karena akan memengaruhi kemampuan saraf otak untuk menerima rangsang, pembekuan darah, permeabilitas membran sel, serta fungsi normal enzim tertentu. Peningkatan kadar kalsium darah akibat kerja hormon paratiroid.
Sama seperti kadar kalsium, kadar dalam darah juga dikendalikan oleh hormon, terutama insulin
dan glukagon. Peningkatan kadar gula dalam darah juga disebabkan oleh adanya hormon
epineprin dan glukokortikoid. Hormon lain juga memengaruhi kadar gula dalam darah yaitu
hormon pertumbuhan (growth hormon, GH), hormon pemacu tiroid (TSH), dan hormon tiroid.
GH menyebabakan peningkatan kadar gula darah, sedangkan TSH dan hormon tiroid memiliki
pengaruh yang bersifat kompleks (dapat menurunkan dan meningkatkan kadar gula darah).
2. Kelenjar Pineal
Terdapat pada permukaan atas talamus diantara hemisfer serebrum. Kelenjar ini mensekresi
melatonin. Melatonin dan serotonin telah diidentifikasi pada pineal burung dan amfibi. Enzim
yang responsibel untuk pembentukan hormon ini adalah Hydroxyndol-o-methyl transferase.
3. Feromon pada Hewan
Feromon adalah zat kimia yang berasal dari kelenjar endokrin dan digunakan oleh makhluk
hidup untuk mengenali sesama jenis, individu lain, kelompok, dan untuk membantu proses
reproduksi. Berbeda dengan hormon, feromon menyebar keluar tubuh dan hanya memengaruhi
dan dikenali oleh individu lain yang sejenis (satu spesies)
a. Feromon pada Kupu-Kupu
Ketika kupu-kupu jantan atau betina memgepakkan sayapnya, saat itulah feromon tersebar di
udara dan mengundang lawan jenisnya untuk mendekat secara seksual. Feromon seks memiliki
sifat yang spesifik untuk aktivitas biologis dimana jantan atau betina dari spesies yang lain tidak
akan merespon terhadap feromon yang dikeluarkan jantan atau betina dari spesies yang berbeda.
b. Feromon pada Rayap
Untuk dapat mendeteksi jalur yang di jelajahinya, individu rayap yang berada di depan
mengeluarkan feromon penanda jejak (trail following pheromone) yang keluar dari kelenjar
stenum (sternal gland di bagian bawah, belakang abdomen), yang dapat dideteksi oleh rayap
yang berada di belakangnya. Sifat kimiawi feromon ini sangat erat hubungannya dengan bau makanannya sehingga rayap mampu mendeteksi obyek makanannya.
Disamping feromon penanada jejak , para pakar etologi (perilaku) rayap juga menganggap
bahwa pengaturan koloni berada di bawah kendali feromon dasar (primer pheromone).
c. Feromon pada Ngengat
Ngengat gipsi betina dapat memengaruhi ngengat jantan beberapa kilometer jauhnya dengan
memproduksi feromon yang disebut “disparlur”. Karena ngengat jantan mmampu mengindra
beberapa ratus molekul dari betina yang mengeluarkan isyarat dalam hanya satu mililiter udara, disparlur tersebut efektif saat disebarkan di wilayah yang saat besar sekalipun.
d. Feromon pada Semut dan Lebah Madu
Semut menggunakan feromon sebagai penjejak untuk menunjukkan jalan menuju sumber
makanan. Bila lebah madu menyengat, ia tak hanya meninggalkan sengat pada kulit korbannya, tetapi juga meninggalakan zat kimia yang memanggil lebah madu lain untuk menyerang. Demikian pula, semut pekerja dari berbagai spesies mensekresi feromon sebagai zat tanda bahaya, yang digunakan ketika terancam musuh. Feromon disebar di udara dan mengumpulkan pekerja lain. Bila semut-semut ini bertemu musuh, mereka juga memproduksi feromon sehinggaisyaratnya bertambah atau berkurang, bergantung pada sifat bahayanya.









DAFTAR PUSTAKA
Dyce K.M., Sack W.O., and Wensing C.J.G. 1996. Textbook of Veterinary Anatomy. 2nd ed. W.B. Saunders
Company. Phiadelphia
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius.
http://id.wikipedia.org/wiki/endokrin, 24 Januari 2017.
http://opensains.wordpress.com/2009/07/27/penyebab-penyakit-endokrin/,
diakses : 24 Januari 2017.
http://www.indonesiaindonesia.com/f/11222-hormon-sistem-endokrin/,
diakses: 22 Januari 2017.
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/sistem-endokrin/,
diakses : 22 Januari2017.
Peter Popesko. 1975. Atlas of Topographical Anatomy of The Domestic Animals. 1975. Vol 1. Ed ke 2.
W.B. Saunders Company. Philadelphia.
Robert Getty. 1975. Sisson and Grossman’s The Anatomy of the Domestic Animals. Vol. 1 dan 2. Ed. Ke
5. W.B. Saunders Company. Philadelphia.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

AY HARI HIDUP

Gelanggang Kosmos Baret Merah!! Kenapa Cinta Tak Bertuan??

RUANG RINDU